Tim Olimpiada Fisika Indonesia (TOFI) meraih 4
(empat) medali perunggu pada ajang International Physics Olympiad (IPhO) ke-44
pada 7 – 15 Juli 2013 di Kopenhagen, Denmark. Empat medali perak dipersembahkan
oleh:
1) Joshua
Christian Nathanael (SMAK IPEKA Sunter Jakarta),
2)
Mikael Harseno Subianto (SMAK 1 BPK Penabur
Jakarta),
3)
Paulus Anthony Halim (SMAN 3 Surakarta),
4)
I Made Gita Narendra Kumara (SMA Bali Mandara).
Keberangkatan TOFI didampingi oleh tim pembina
yang terdiri dari Syamsu Rosid Ph.D dan Budhy Kurniawan (Universitas
Indonesia), Prof. Dr. Kamsul Abraha (Universitas Gadjah Mada). Serta 2 (dua)
orang observer Dr. Bobby E. Gunara (Institut Teknologi Bandung) dan Drs. Hari
Sugiharto M. Si (Direktorat Pembinaan SMA).
Kegagalan meraih emas, diprediksi akibat jumlah soal yang sangat
banyak, sehingga menguras tenaga dan pikiran dalam menjawab. Jumlah soal sekitar
60 soal dijawab dalam waktu lima jam. Namun,
nilai yang diraih termasuk nilai perunggu teratas. Nilai perunggu yang di raih
oleh I Made Gita Narendra sudah mendekati nilai perak (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/1571).
Kondisi ini patut dijadikan refleksi oleh pihak-pihak
yang terkait. Bahwa ilmu pengetahuan berkembang sangat cepat. Perubahan dalam
dunia pendidikan sangat dinamis. Oleh karena itu diperlukan kerja keras untuk
dapat segera beradaptasi dengan perubahan dimaksud. Dan proses adaptasi ini
memerlukan pembelajaran yang terus menerus. Artinya, dunia pendidikan adalah
dunia pembelajaran. Sehingga, sangat tidak bermanfaat manakala dunia politik
mencemari dunia pendidikan. Oleh karena itu, dunia pendidikan harus dikelola
dengan objektif, jujur, berkeadilan, kreatif, dan profesional. Semoga harapan
ini menyata!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis