Hati-hati dengan Hati!

Hidup adalah misteri. Lahir, tumbuh, besar, tua, dan mati, itu pasti. Lalu, kalau hidup itu misteri mengapa harus menyakiti. Membenci orang yang belum tentu membenci kita. Menyakiti orang, yang berpikir saja tidak, untuk menyakiti kita. Adakah sebuah kebahagiaan hadir dengan membenci atau menyakiti? Ah, tidak! Pasti tidak! Kebahagiaan akan hadir ketika kita mampu membahagiakan orang lain, bukan membenci apalagi menyakiti.

Hidup adalah perjalanan menuju mati. Kalau itu yang pasti, mengapa hidup harus disia-siakan dengan rasa iri dan dengki. Sungguh tak bermakna hidup ini, jika berhenti dengan iri hati. Karena hati tak pernah merasa tersakiti ada di dalam tubuh. Kalau hati kita tak pernah menyakiti, lalu mengapa kita harus menyakiti hati orang lain? Hati-hati dengan hati, karena hati adalah pemegang jiwa. Orang tanpa hati adalah orang tanpa jiwa. Hati dapat mendekat maupun menjauh. Ketika hati dipenuhi dengan kasih sayang, ketulusan, dan keikhlasan maka hati begitu dekat dengan raga. Tetapi, jika hati dipenuhi dengan kebencian, iri dengki, dan suka menyakiti maka hati akan semakin jauh dengan raga. Jadi, hati-hati dengan hati. Karena orang tanpa hati berarti mati.

Hidup adalah upaya menyempurnakan diri. Karena kesempurnaan akan membawa kebahagiaan. Kalau hidup dipenuhi dengan pikiran untuk menjelekkan orang lain, apalagi menyakiti, kapan waktunya untuk melakukan introspeksi diri? Kapan waktunya untuk menyempurnakan pribadi? Jadi, mari belajar untuk saling menghargai, mencintai, dan tidak saling menyakiti. Mungkinkah? Mengapa tidak? Perjalanan menyempurnakan diri adalah upaya memaknai arti kehidupan. Kehidupan yang sejati.

Mari saling menghargai dan menghormati!
Mari menghadirkan cinta kasih dan kedamaian!
Mari memulai yang mulia demi kemuliaan semua makhluk!
Mari menjaga hati, serta hati-hati dengan hati!


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis