Kecemasan Belajar dalam Merdeka

 

Kecemasan Belajar dalam Merdeka

Oleh

Gede Putra Adnyana

SMAN 1 Banjar, Buleleng, Bali

putradnyana@gmail.com

Krisis pembelajaran sangat nyata terjadi selama dan pasca pandemi Covid-19. Krisis ini berdampak kepada penurunan kualitas pendidikan di Indonesia. Berbagai studi menemukan bahwa telah terjadi ketertinggalan pembelajaran (learning loss) pada peserta didik. Ketertinggalan pembelajaran dimaksud berwujud sebagai kehilangan kompetensi dan tidak tuntasnya pembelajaran di setiap jenjang pendidikan. Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan, ketidaktercapaian pembelajaran, semakin lebarnya ketimpangan pengetahuan, perkembangan emosi dan kesehatan psikologis yang terganggu, dan kerentanan putus sekolah di kalangan peserta didik. Patut diduga bahwa dampak Covid-19 dalam dunia pendidikan, saat ini belum sepenuhnya berakhir. Oleh karena itu, diperlukan upaya kuat untuk melibatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran. Pelibatan peserta didik, orang tua, dan masyarakat perlu dilakukan dalam kerangka mengontekstualisasikan kerangka dasar dan struktur kurikulum untuk mewujudkan pembelajaran yang berkualitas.

Pembelajaran berkualitas pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Beberapa ciri pembelajaran berkualitas, diantaranya interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, dan memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Dalam konteks inilah, guru hendaknya dapat mengakomodasi ciri-ciri dimaksud untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak kepada peserta didik. Oleh karena itu, untuk mewujudkan keberpihakan kepada peserta didik, guru perlu mengembangkan karakter demokratis, bahan ajar yang kontekstual, menekankan keterampilan berpikir kritis, dan menghadirkan suasana belajar yang menyenangkan.

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran berkualitas dan berpihak kepada peserta didik belum optimal diterapkan dalam pembelajaran. Banyak ditemukan fakta, peserta didik cenderung tidak berpartisipasi aktif dan proaktif dalam pembelajaran. Masih sangat sedikit peserta didik yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan. Bahkan, beberapa peserta didik menunjukkan motivasi dan minat berlajar rendah yang dapat dilihat dari rendahnya kehadiran di kelas. Terdapat indikasi bahwa peserta didik tidak senang dan bahagia serta ada rasa tegang dan khawatir dalam belajar. Kondisi ini dapat dijadikan indikator bahwa ada kesulitan dan kecemasan peserta didik dalam belajar. Dalam konteks inilah Universitas Negeri Yogyakarta (https://uny.ac.id/) sangat relevan dan strategis menyelenggarakan lomba blog UNY 2025 sebagai ajang berbagi pemikiran dan praktik baik guna meningkatkan mutu pembelajaran untuk semua. 

Kecemasan belajar merupakan perasaan campuran antara ketakutan dalam belajar dan keprihatinan mengenai masa depan yang bersifat individual. Beberapa faktor yang memengaruhi kecemasan belajar, antara lain adanya pengalaman negatif perilaku, perasaan frustasi dalam situasi tertentu, dan ketidakpastian melakukan sesuatu. Oleh karena itu, kecemasan belajar merupakan pengalaman belajar yang subjektif dan tidak menyenangkan. Dalam konteks pembelajaran, kecemasan belajar adalah perasaan cemas saat seseorang belajar akibat adanya tekanan dan ketidakmampuan menghadapi permasalahan dalam belajar. Dengan demikian, kondisi di mana terjadi kecemasan belajar, sangat berdampak terhadap penurunan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik.

Gejala kecemasan belajar dapat ditinjau dari aspek fisik, kognitif, dan perilaku. Ditinjau dari gejala fisik, peserta didik yang mengalami kecemasan belajar menunjukkan perasaan tegang, gelisah, gugup, rasa tidak aman, takut, cepat terkejut, jantung berdebar, dan berkeringat dingin. Ditinjau dari gejala kognitif, peserta didik yang mengalami kecemasan belajar menunjukkan perasaan pesimis dan khawatir. Sedangkan ditinjau dari gejala perilaku, peserta didik yang mengalami kecemasan belajar menujukkan sikap berdiam diri. Oleh karena itu, kecemasan belajar pada peserta didik berdampak sangat signifikan terhadap kualitas pembelajaran. Jika terjadi kecemasan belajar, guru menjadi relatif sulit dalam mengelola pembelajaran yang berakibat kepada rendahnya hasil belajar peserta didik.

 Dalam konteks ini, guru perlu melakukan langkah-langkah atau aksi nyata untuk mengantasipasi kecemasan belajar pada peserta didik. Langkah awal yang dapat dilakukan guru adalah berupaya untuk meningkatkan keterlibatan dan interaksi peserta didik dalam pembelajaran. Agar kondisi ini dapat diwujudnyatakan, guru diharapkan mampu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan, menginspirasi, dan menantang sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi peserta didik untuk belajar. Guru juga diharapkan mampu menyediakan ruang yang lebih luas bagi peserta didik untuk mengembangkan prakarsa, kreativitas, kemandirian, minat, bakat, dan kemampuan sesuai dengan kodratnya. Oleh karena itu, guru perlu melakukan strategi pengelolaan pembelajaran yang efektif, efisien, kreatif dan variatif dengan mengakomodasi kebutuhan belajar dan diferensiasi peserta didik untuk mengurangi dan menghilangkan kecemasan belajar.

Salah satu upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kecemasan belajar pada peserta didik adalah melalui pembelajaran dengan MERDEKA. Kata Merdeka adalah alur pembelajaran yang merupakan akronim dari Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antarmateri, dan Aksi nyata. Ketujuh alur MERDEKA tersebut diadaptasi dari program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang merupakan salah satu program Kemendikbudristek. Melalui penerapan alur MERDEKA, diharapkan dapat memberikan kemerdekaan belajar kepada peserta didik secara terkontrol dan terbimbing sehingga mengurangi atau menghilangkan kecemasan belajarnya. Implementasi alur MERDEKA diyakini dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, ada perasaan senang dan bahagia dalam belajar, serta menumbuhkembangkan minat, bakat, dan kemampuan yang bermuara pada peningkatan proses dan hasil belajar peserta didik.

Mengurangi Kecemasan Belajar dengan Merdeka

Pada hakikatnya, kecemasan belajar peserta didik terjadi karena adanya tekanan dan ketidakmampuan menghadapi masalah. Oleh karena itu, untuk mengurangi atau menghilangkan kecemasan dimaksud, perlu menghadirkan suasana pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara optimal, menghadirkan perasaan senang dan bahagia dalam belajar, serta menumbuh-kembangkan minat, bakat, dan kemampuannya. Salah satu aksi nyata yang dapat dilakukan guru adalah melalui pembelajaran dengan alur MERDEKA.

Pada alur mulai dari diri, peserta didik dilibatkan dalam mengungkapkan pengetahuan awal atau melakukan refleksi awal sebelum pembelajaran dimulai. Refleksi awal dimaksudkan untuk menguatkan kesadaran peserta didik tentang posisi pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari materi pembelajaran yang dikaji. Peserta didik diharapkan menyadari situasi dan kondisi kesiapan, minat, dan gaya belajarnya. Melalui alur mulai dari diri, ada kesadaran yang muncul dari dalam diri peserta didik untuk berupaya mencapai hasil belajar terbaik. Kesadaran ini diyakini dapat mengurangi kecemasan belajar dan meningkatkan tanggung jawab peserta didik dalam belajar. Hasil refleksi awal pada alur mulai dari diri adalah aset penting untuk melangkah pada alur eksplorasi konsep.

Alur eksplorasi konsep merupakan aktivitas yang menuntun peserta didik mempelajari atau mengeksplorasi bahan ajar. Dalam konteks ini, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari berbagai sumber. Seperti, internet, buku teks, artikel, video, dan bahan ajar yang dibagikan guru. Melalui kebebasan belajar dari berbagai sumber, diharapkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan kebutuhannya sehingga memunculkan rasa senang dalam belajar. Kondisi ini, langsung atau tidak langsung dapat mengurangi tingkat kecemasan belajar di kalangan peserta didik. Alur eksplorasi konsep adalah bagian yang sangat penting dari proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat menerapakan pendekatan, model, dan metode yang variatif, kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Kondisi ini, diyakini dapat memacu dan memicu keterlibatan dan rasa senang peserta didik dalam pembelajaran yang potensial mengurangi atau menghilangkan kecemasan belajarnya.

Selanjutnya, pada alur ruang kolaborasi, peserta didik berdiskusi dalam kelompok dan antarkelompok untuk menguatkan konsep yang telah dieksplorasi. Oleh karena itu dalam alur ruang kolaborasi, guru dapat memfasilitasi dengan membagikan lembar kerja peserta didik (LKPD), penugasan atau memberikan pertanyaan pemantik. Peserta didik dituntun agar berupaya memecahkan permasalahan melalui diskusi yang intensif dan  mencari informasi atau menemukan jawaban dari berbagai sumber. Peserta didik diberikan kebebasan menemukan jawaban atas permasalahan yang dikaji dari bahan ajar yang dibagikan guru, bahan presentasi, video, atau googling di internet. Hasil diskusi tersebut, dipresentasikan untuk mendapatkan umpan balik dari peserta didik lain. Melalui aktivitas komunikasi antarpeserta didik dan antarkelompok diharapkan pembelajaran menjadi lebih berpihak kepada peserta didik sehingga mengurangi kecemasan belajarnya. Guru memfasilitasi aktivitas presentasi, pemberian tanggapan, pertanyaan, saran, atau umpan balik agar dapat berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Dalam konteks ini, guru menuntun peserta didik berkolaborasi dengan baik dan menguatkan relasi saling kebergantungan positif. Kondisi ini diyakini dapat meminimalisir kecemasan belajar peserta didik. Hasil belajar pada alur ruang kolaborasi, selanjutnya dijadikan landasan aktivitas pembelajaran pada alur demonstrasi kontekstual.

Alur demonstrasi kontekstual merupakan aktivitas pembelajaran yang memberikan ruang lebih luas kepada peserta didik untuk menguatkan pemahamannya. Dalam konteks ini, peserta didik dituntun menyelesaikan permasalahan dan menerapkan pemahamannya dalam situasi berbeda. Situasi dimaksud dapat terjadi di lingkungan sekolah atau di lingkungan masyarakat. Pengalaman belajar yang berbeda dapat menumbuhkembangkan minat, motivasi, dan rasa senang dalam belajar. Kondisi ini, sangat potensial dalam mengurangi dan menghilangkan kecemasan belajar di kalangan peserta didik. Pembelajaran pada alur demonstrasi kontekstual memberikan pengalaman belajar berbeda kepada peserta didik sehingga dapat menguatkan rasa percaya diri. Penguatan rasa percaya diri di kalangan peserta didik diyakini dapat meminimalisir kecemasan belajarnya. Pengalaman belajar pada alur demonstrasi kontekstual, dapat menguatkan kesiapan belajar peserta didik pada alur elaborasi pemahaman.

Elaborasi pemahaman merupakan alur yang memberikan ruang kepada peserta didik dan guru untuk melakukan evaluasi, refleksi, penguatan pemahaman konsep, dan merumuskan rencana perbaikan. Dalam hal ini guru dapat menyampaikan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran dan memberikan penguatan. Guru melakukan identifikasi dan upaya perbaikan miskonsepsi yang dialami peserta didik. Oleh karena itu, guru perlu menguatkan pemahaman peserta didik melalui diskusi tanya jawab dengan memberikan pertanyaan pemantik atau permasalahan yang bersifat kontekstual. Dalam alur elaborasi pemahaman, antarpeserta didik diberikan kesempatan luas dan difasilitasi oleh guru untuk saling bertanya dan menjawab. Jika terjadi miskonsepsi, guru memberikan arahan dan penjelasan dalam konteks perbaikan pemahaman konsep. Kondisi ini meniscayakan peserta didik terlibat dengan aktif dan proaktif dalam pembelajaran. Akibatnya, kecemasan belajar di kalangan peserta didik dapat dikurangi atau dihilangkan.

Aktivitas peserta didik pada alur koneksi antarmateri adalah belajar merumuskan atau mendeskripsikan hubungan antarkonsep yang sudah dipelajari. Peserta didik dituntun membuat diagram atau grafik atau tabel yang menunjukkan adanya hubungan antara satu konsep dengan kensep lainnya. Peserta didik diberikan kebebasan untuk memilih tugas koneksi antarmateri sesuai dengan minat, bakat dan kemampuannya. Dalam hal ini, guru memberikan lebih banyak pilihan kepada peserta didik dalam membuat tugas koneksi antarmateri, seperti dalam bentuk poster, video, esai, dan bahan presentasi atau salindia. Melalui berbagai pilihan tersebut diharapkan peserta didik dapat belajar sesuai dengan minat, bakat, rasa senang dan tanpa beban sehingga mengurangi kecemasan belajarnya. Semua hasil belajar yang di mulai dari diri sampai dengan koneksi antarmateri merupakan modal untuk melakukan aksi nyata.

Aksi nyata merupakan alur pembelajaran yang meniscayakan peserta didik untuk mengimplementasikan pemahaman konsep yang dipelajari. Oleh karena itu, guru perlu memberikan arahan tentang tahapan dan produk aksi nyata yang relevan dengan materi kajian. Guru diharapkan memberikan banyak pilihan kepada peserta didik untuk melakukan aksi nyata. Peserta didik diberikan pilihan dalam mendokumentasikan aksi nyata yang dilakukan, sepeti berbentuk esai atau deskripsi kegiatan, poster, presentasi atau bahan salindia, video, gambar bercerita, dan produk berupa barang. Dalam konteks ini, peserta didik memiliki ruang kebebasan yang lebih luas dalam mengimplementasikan pemahaman konsepnya sehingga dapat mengakomodasi lebih banyak kebutuhan belajarnya. Peserta didik dapat menyesuaikan aktivitas belajar sesua dengan kesiapan, minat, dan gaya belajarnya. Kondisi ini sangat diyakini dapat membangun kreativitas, inovasi, dan rasa senang peserta didik dalam belajar sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan kecemasan belajar di kalangan peserta didik.


Kecemasan belajar adalah perasaan tertekan dalam belajar dan kekhawatiran terhadap kondisi masa depan. Kondisi kecemasan belajar yang dialami peserta didik berdampak signifikan terhadap keterlibatan dan rasa senang belajar bagi peserta didik. Akibatnya, dapat menurunkan kualitas proses pembelajaran yang berdampak pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Oleh karena itu, mengurangi dan menghilangkan kecemasan belajar di kalangan peserta didik adalah sebuah keniscayaan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah mengimplementasikan alur MERDEKA dalam pembelajaran. Dengan alur MERDEKA, peserta didik diberikan ruang lebih luas untuk terlibat aktif, menyesuaikan dengan kebutuhan belajarnya, dan membangun suasana aman, nyaman, dan senang dalam belajar. Terwujudnya kondisi ini, sangat diyakini dapat mengurangi dan menghilangkan kecemasan belajar di kalangan peserta didik yang berdampak pada peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Oleh karena itu, pihak-pihak terkait dalam pengambilan keputusan bidang pendidikan diharapkan lebih menguatkan keberpihakan kepada guru dan peserta didik. Meningkatkan kompetensi guru dalam pengelolaan pembelajaran bermutu adalah keniscayaan untuk Indonesia maju.

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis