Hati-Hati dengan Hati


Lama aku terdiam. Bayangku ke masa lalu. Hatiku seolah menggegam hatimu. Kurasakan itu. Aku nyaman menggoda hatimu. Kurasakan ada keikhlasan di hatimu. Itu juga yang membuatku slalu merindu. Itu juga yang mengajakku untuk slalu ingin bersamamu. Aku sadar akan hal itu, aku menikmati, aku mengerti, dan aku bahagia karena itu.

Kini dirimu mulai menjauh. Kurasakan itu. Kuharap ragamu boleh menjauh tapi hatimu tetap bersamaku. Ah, ternyata harap tinggal harapan. Semua tak sesuai harapan. Bahkan, hatimu lebih jauh dari ragamu. Kurasakan itu. Hatimu bahkan mulai meredup dan samar-samar menghilang. Aduh, hatimu telah menghilang. Di mana kan kucari hati itu. Aku harus terus hati-hati mencari, agar hati itu tak lagi mati.

Ternyata, hati yang hilang sulit kucari. Hati itu telah diambil hati orang lain. Hati itu telah nyaman bersama hatinya. Wih, aku harus berhenti mencari hati itu. Karena hati itu sesungguhnya tidak mati. Tapi, berpindah ke hati orang lain.

Hatimu, memang milikmu. Aku tidak berhak mencuri apalagi memaksa. Biarlah hati itu mencari temannya yang sehati. Biarlah hati itu menemui sahabat hati yang sehati. Aku sadar hatiku tidak lagi jadi milik hatimu. Begitu juga hatimu tidak lagi menjadi bagian dari hatiku. Ahhh, aku harus menyadari, walau sejak lama berusaha kusadari, bahwa harus hati-hati dengan hati. Karena hati dapat memakan hati. (HATI-HATI DENGAN HATI VERSI-1)

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis