Para Tikus dan Poli Tikus

KETIKA TIKUS MULAI MAKAN BAYI
Oleh: Gede Putra Adnyana
Tikus-tikus raksasa memakan bayi. Lunathi Dwadwa (3) tewas dalam tidurnya dengan kondisi mengerikan. Matanya keluar. Wajahnya rusak dari alis hingga pipi. Seorang bayi perempuan juga diserang segerombolan tikus besar saat ibunya pergi. Sebelumnya, Nomathemba Joyi (77) juga tewas setelah tikus-tikus raksasa memakan sisi kanan wajahnya. Di kawasan kumuh Afrika Selatan, tikus raksasa biasa ditemukan di tempat-tempat sampah. Tikus jenis itu bisa tumbuh hingga hampir satu meter, dari moncong hingga ekor. Sementara gigi depannya sepanjang 2,5 cm (Kompas.com, 4 Juni 2011).
Lalu, apa yang bisa jadikan pelajaran dari fenomena itu?
Pelajaran pertama, bahwa evolusi terus berlangsung. Perubahan secara perlahan namun pasti terus terjadi, baik yang menyangkut fenotif maupun genotif. Perubahan fenotif meliputi struktur anatomi tubuh, yang menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan. Para tikus kesulitan mencari makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan melestarikan spesies. Akibatnya, agar dapat bertahan dalam situasi itu dia harus memperkuat struktur tubuh salah satu dengan memperbesar tubuhnya, sehingga lebih mudah mencari makanan termasuk bisa memakan bayi.
Secara genotif, akibat dari desakan dan tekanan kondisi lingkungan, maka terjadilah perubahan atau mutasi pada struktur gen (DNA) tikus. Mutasi itu mempengaruhi psikologis tikus yang tidak takut lagi dengan manusia. Bahkan, cenderung berani menunjukkan giginya kepada publik. Mutas DNA bersifat diturunkan, sehingga generasi berikutnya menjadi tikus yang lebih besar dan berani menghadapi publik.
Pelajaran kedua, bahwa zaman kali yuga telah di depan pintu. Dari fenomena itu, tergambar bahwa sesuatu yang mustahil dapat menjadi kenyataan. Zaman kali yuga adalah suatu zaman yang penuh dengan kehancuran, terutama kehancuran alam. Kehancuran ini dipercepat dengan ulah manusia yang tidak bersahabat lagi dengan alam. Penggundulan hutan, pengeboran tanah tanpa terkendali, alih fungsi lahan, pertambahan penduduk yang sangat pesat, eksploitasi pantai, danau, dan sungai tak terkendali, dan masih banyak lagi. Jika fenomena itu berlangsung tanpa ada upaya pengelolaan yang bijaksana maka zaman kali yuga semakin cepat terjadi. Artinya, kehancuran bumi dan manusia sebagai isinya akan semakin cepat terjadi.
Pelajaran ketiga, perubahan itu juga mengilhami atau barangkali mempengaruhi para poli tikus di negeri ini. Begitu banyak kebobrokan dipertontonkan kepada publik. Bahkan, setiap kesalahan yang dilakukan selalu dicarikan pembenarannya. Tidak hanya itu, para poli tikus berusaha menghancurkan orang lain yang tidak sepaham dengannya. Walaupun orang itu tidak pernah menyakitinya. Para poli tikus tanpa punya rasa kasihan, tega menyakiti. Itulah, sesungguhnya poli tikus dangkal dengan tingkat kecerdasan rendah. Dia hanya mengandalkan otot dengan mengabaikan otak. Padahal otak jauh lebih bijaksana menghadirkan kedamaian ketimbang otot yang hanya berfungsi menggerakkan dengkul dan siku. Kalau sebagian besar negeri ini dikuasai para poli tikus dangkal, bodo, dan opurtunis, maka negeri ini akan semakin tenggelam dalam keterbelakangan dan dendam kesumat.
Lalu, apa yang dapat kita lakukan?
Bersambung ....


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis