Meski
muncul banyak kritikan terhadap kurikulum baru yang akan diterapkan pada
pertengahan tahun 2013 mendatang, pendekatan berbasis tematik integratif yang
ditawarkan tetap diapresiasi. Namun, dengan pola pendekatan pendidikan semacam
ini, bentuk evaluasi kepada siswa semestinya juga tidak lagi ketat.
Praktisi
pendidikan dari Universitas Paramadina, Abduh Zein, mengatakan bahwa metode
tematik integratif ini membuka peluang guru dan siswa untuk mengeksplorasi
lebih dalam tentang tema bahasannya. Anak-anak juga bebas mengobservasi dan
mencari tahu sendiri jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
"Metode
seperti ini tanpa batasan dan dinamis sehingga akan jadi persoalan jika ujian
nasional (UN) masih dijadikan alat evaluasi," kata Zein saat Focus Group
Discussion Menyoal Kurikulum 2013 di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Jumat
(14/12/2012).
Ia
mengungkapkan bahwa jika tetap dipaksakan mengevaluasi siswa dengan sistem UN,
konsep kurikulum yang digagas saat ini hanya akan sia-sia. Pasalnya, guru tak
akan bisa dengan bebas mengembangkan tema bahasan karena ada koridor yang harus
diikuti agar anak-anak bisa mengerjakan UN dengan baik.
"UN
itu sangat rigid. Kisi-kisinya ada dan umumnya yang keluar soalnya seperti itu
sehingga guru mau tidak mau ikuti saja. Kalau begini, apa yang berubah,"
ujar Zein.
Untuk itu,
sejalan dengan perubahan kurikulum, UN mestinya bukan lagi menjadi pilihan
pemerintah untuk melakukan evaluasi pendidikan bagi para siswa di tiap jenjang.
Pemerintah harus mulai mempersiapkan formulasi baru untuk alat evaluasi siswa
menyesuaikan dengan metode pembelajaran pada kurikulum baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis