Tidak dapat dimungkiri bahwa
desentralisasi pendidikan di tingkat kabupaten/kota, lebih banyak mudarat
tinimbang manfaatnya. Dinamika politik di daerah sangat serius mempengaruhi sistem
pendidikan di daerah. Sistem jenjang karier yang proporsional dan profesional nyaris
tidak berjalan dengan baik dan benar. Bahkan cenderung memunculkan faksi-faksi
akibat dukung mendukung partai politik yang potensial menimbulkan konflik.
Akibatnya, terjadilah perlambatan bahkan kemunduran kualitas pendidikan
nasional. Oleh karena itu, pemerintah pusat hendaknya serius
mengevaluasi desentralisasi pendidikan di kota/kabupaten. Kewenangan dalam
bidang pendidikan di tingkat kabupaten/kota disinyalir menjadi penghambat
kemajuan pendidikan nasional, karena dipengaruhi dinamika politik daerah.
Hal senada disampaikan pengamat
pendidikan, HAR Tilaar yang mengatakan bahwa, jika desentralisasi pendidikan
tetap menjadi pilihan, sebaiknya ada perubahan untuk memberikannya di tingkat
provinsi saja. Hal ini agar pemerintah pusat memiliki cukup kendali untuk
memastikan pemerintah daerah juga memiliki komitmen yang sama untuk memajukan
pendidikan nasional (kompas.com, 9/8 2012). Dengan kata lain desentralisasi
pendidikan di kabupaten/kota sangat layak dikaji ulang. Tilaar menyimpulkan
bahwa, desentralisasi pendidikan di Indonesia hingga tingkat kota/kabupaten
terlalu cepat. Sementara itu tingkat pendidikan masyarakat masih rendah, sehingga
belum siap menjalankannya. Di lain pihak, pendidikan di daerah saat ini lebih
dikendalikan politik praktis atau kekuatan politik. Pendidikan yang diserahkan
kepada wali kota/bupati membuat wajah pendidikan karut-marut.
Dalam
konteks inilah, maka kebijakan dan kebijaksanaan pemerintah pusat menjadi ujung
tombak perubahan kearah perbaikan. Terlalu lama membiarkan masalah
berlarut-larut, berpotensi menimbulkan sikap apatis dan antipati pihak-pihak
yang berkepentingan di bidang pendidikan. Dunia pendidikan seharusnya bebas
dari pengaruh dan kepentingan politik. Dunia pendidikan adalah dunia idealisme.
Sedangkan dunia politik adalah dunia pragmatisme. Jika dunia pendidikan sudah
dicemari kepentingan politik, maka lambat tapi pasti akan muncul
generasi-genarasi pragmatis dan opurtunis. Jadi, segera lakukan kajian terhadap
desentralisasi pendidikan di tingkat kabupaten/kota. Semoga. (Gede Putra
Adnyana)
Lihat juga di sini: http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/09/sekali-lagi-tentang-desentralisasi-pendidikan/
Lihat juga di sini: http://edukasi.kompasiana.com/2012/08/09/sekali-lagi-tentang-desentralisasi-pendidikan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis