Refleksi Tahun 2011

Tak dapat dimungkiri tahun berlalu, berbagai peristiwapun berlalu. Peristiwa sedih, gembira, menakutkan, mengerikan, dan membahagiakan terjadi silih berganti, bahkan tumpang tindih. Demikian pula tahun 2011, Aku lalui dengan berbagai kejutan. Tahun 2011 berlalu dengan dinamika tinggi. Aku yakini bahwa dinamika itu adalah keniscayaan dalam kehidupan. Kehidupan yang merupakan tempat untuk berbuat baik sesuai dengan profesi. Walaupun terkadang harapan itu tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Betul tidak?

Sebagai abdi negara dan pemerintah serta pelayan masyarakat, awal tahun 2011, Aku mantapkan hati untuk melaksanakan tugas dengan tulus dan ikhlas. Ada satu kebahagiaan yang tak terbelikan manakala hasil pelayananku mampu membahagiakan orang lain. Ya, peserta didik yang menjadi bimbingan dan bagian tak terpisahkan dari profesiku. Dengan segala kemampuan yang kumiliki, baik pikiran, waktu, dan tenaga, Aku curahkan tanpa pamrih demi kesuksesan peserta didik. Tentu suka-duka, tak dapat dihindari dalam interaksi. Tak ada reaksi, jika tak ada aksi. Terkadang aksi itu keras sehingga menimbulkan reaksi yang keras. Di lain pihak lembut, sehingga terkesan manja. Semua itu Aku yakini sebagai sebuah dinamika kehidupan yang pasti membawa hikmah. Apa sih hikmah itu?

Pertengahan tahun 2011, Aku yakinkan untuk memasang target demi perubahan ke arah kebaikan peserta didik yang menjadi tanggung jawabku. Akibat pemasangan target itulah maka Aku harus bekerja keras, menguras waktu, tenaga, dan pikiran. Karena dipastikan target tidak akan pernah tercapai, jika hanya hadir dalam bentuk NATO (Not Action, Talk Only). Namun, Aku bahagia menjalani, karena melayani dengan tulus dan iklhas untuk menghantarkan orang lain ke depan pintu gerbang kesuksesan adalah kemuliaan. Dalam kerangka meraih kemuliaan itulah, Aku harus bekerja keras dan bersungguh-sungguh. Hasilnya, berbagai prestasi mampu diraih, yang Aku yakini pasti mengangkat prestasi dan prestise instansi tempat Aku melakukan pelayanan. Target yang Aku tetapkan dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan dan bahkan cenderung melebihi target. Sekali lagi kebahagiaan tak terperikan menggerogoti setiap sel-sel yang menyusun tubuhku. Kebahagiaan karena mampu membahagiakan orang lain. Aku bahagia mampu memuliakan orang lain. Sungguh, sebuah kebahgiaan yang tak terbelikan. Lalu, mengapa takut membahagiakan orang lain?

Ternyata, Aku harus sadar, bahwa kehidupan tidak selamanya mulus. Bahwa kehidupan tak selamanya berjalan dalam rel yang direncanakan. Pertengahan 2011, badai yang diiringi gelombang tsunami menerjang kehidupanku. Harapan besar untuk membangun dunia pendidikan dari pinggiran desa terhempas oleh badai dan gelombang tsunami yang begitu cepat. Bencana itu digelindingkan oleh orang-orang yang tidak mengerti pendidikan. Orang-orang yang berpikrian picik, tidak mengetahui fakta yang sesungguhnya, tidak rela ada melebihi kemampuannya, dan tidak memiliki wawasan masa depan. Inilah yang disebut dengan politisi bagai katak di bawah tempurung. Sungguh, aral yang melintang sangat tebal. Politisasi pendidikan telah terjadi. Orang-orang politik telah masuk dalam dunia pendidikan. Akhirnya, kepentingan yang menjadi penentu. Bukan lagi masa depan pendidikan, tetapi masa depan kekuasaan. Ah, sungguh bertolak belakang dengan tujuan mulia pendidikan untuk mengangkat harkat dan maratabat kemanusiaan. Ketika pendidikan telah dimasuki dunia politik, maka idealisme pendidikan mulai tergerus dan akhirnya lenyap bersama kembalinya hempasan badai gelombang tsunami. Agaknya itulah yang menerjang profesi dan kehidupanku. Pertengahan 2011 bencana telah menghempaskanku, sehingga terlempar dari idelisme sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih. Kasihan sekali!

Badai gelombang tsunami yang menerjangku, ternyata mampu membuka mata hatiku dan mata batinku. Bahwa, di mana ada orang yang suka, di sana pasti ada orang yang tidak suka. Bahwa, konsep Rwa Bhineda nyaris tak dapat dihindari dalam kehidupan. Aku mulai terbangun dari mimpi-mimpiku, untuk menatap sekeliling. Akhirnya, aku mengetahui, siapa melakukan apa dan untuk apa mereka melakukan apa. Kesimpulan sederhan yang kutarik, bahwa itu terjadi semata-mata karena, kecemburuan sosial, sifat iri hati dan dengki, serta sikap egois. Namun, bencana yang kualami semakin menguatkan keinginan untuk hadir lebih berarti di mata orang lain. Karena sesungguhnya, pelayanan dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan kepada siapa saja. Jadi, untuk apa harus larut dalam permainan politik yang tidak bermanfaat bagiku dan mungkin juga bagi sebagian orang lain. Biarkan mereka bahagia dengan apa yang dilakukan. Adalah kebahgiaan dan kemuliaan jika mampu membahagiakan orang lain. Wih mulia banget ya?

Akhir, tahun 2011 menjadi titik balik dari badai gelombang tsunami yang kualami. Mengambil refleksi dari fenomena itu maka semangat untuk menunjukkan kompetensi semakin bergelora. Studi pascasarjana yang selama ini sempat terkatung-katung kutuntaskan. Bahkan, dengan hasil yang sangat memuaskan. Mengasah kemampuan berimajinasi, berpikir kritis, dan profesioinal selalu kulakukan dengan pembelajaran tanpa henti. Sebuah kejutan besar, terjadi, di mana pada akhir tahun 2011, Aku dinyatakan sebagai finalis lomba tingkat nasional. Melalui perjuangan keras diiringi doa yang tulus, Aku dinyatakan sebagai Juara II tingkat nasional. Tahun 2011 ini, pihak panitia menetapkan tidak ada Juara I. Kebahagiaan semakin bertambah ketika hadiah yang kuterima lagi-lagi sangat memuaskan. Inilah bentuk pembalasan dari kutulusan dan keikhlasan yang kulakukan selama ini dalam dunia pendidikan. Ketulusan untuk menghantarkan generasi muda dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Ah, sombongnya!

Setiap perbuatan pasti akan berbuah. Aku telah melakukan perbuatan, walau ada yang baik dan buruk. Oleh karena itu, Aku harus siap menerima buahnya, pasti juga ada yang baik dan buruk. Karena hukum Karma Phala bagian tak terpisahkan dalam hidup. Sekarang, tinggal membandingkan mana yang lebih banyak dilakukan, apakah perbuatan baik atau buruk. Tahun 2011 harus dijadikan bahan refleksi untuk melangkah lebih baik di tahun 2012. Berusaha untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan, keburukan menjadi kebaikan, dan tantangan menjadi peluang. Semoga semua makhluk berbahagia.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis