Menanti Kejujuran UN 2013


Kisi-kisi Ujian Nasional (UN) 2013 sedang dalam proses perumusan. Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), Muhammad Aman Wirakartakusumah mengatakan, perumusan kisi-kisi itu dilaksanakan  bersama dengan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemdikbud. Direncanakan, kisi-kisi tersebut akan rampung pada bulan November, untuk kemudian di sosialisasikan ke sekolah-sekolah. Dalam kerangka itu, pihak sekolah hendaknya sudah mulai mempersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi UN 2013. 

Kisi-kisi UN 2013, pada prinsipnya tidak jauh berbeda dengan kisi-kisi UN yang sebelum-sebelumnya. Sehingga pihak sekolah dapat menggunakan kisi-kisi UN 2012 atau 2011 sebagai bentuk persiapan awal antisipasi. Kisi-kisi UN 2013 didasarkan dan dikembangkan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan. Atau dikembangkan dari standar isi sesuai permen 22 tahun 2006.

Dengan demikian, jika standar nasional dan standar isi kurikulum betul-betul dilaksanakan oleh guru, maka sesungguhnya UN dapat dikelola dengan lebih objektif. Hal ini karena, kisi-kisi hanya lebih mengoperasinalkan indikator dalam standar isi. Jadi, pada hakikatnya sekolah dapat melakukan persiapan awal, tanpa harus  menunggu kisi-kisi UN 2013.

Selain itu, sekolah juga dapat memanfaatkan hasil evaluasi dan kajian penyerapan pelaksanaan UN sebelumnya. Dalam kajian tersebut telah secara spesifik menggambarkan pemetaan penyerapan masing-masing mata pelajaran, di masing-masing provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah. Dengan kata kata lain, sekolah hendaknya memiliki data yang objektif terhadap hasil UN sebelumnya. Berdasarkan data tersebut dapat dilakukan berbagai upaya sebagai bentuk persiapan menghadapi UN 2013.

Berdasarkan hasil analisis yang cermat dan objektif, sekolah dan guru memiliki gambaran apa yang harus lebih difokuskan kepada para peserta didiknya. Sehingga anak bisa disiapkan dan lebih percaya diri saat melaksanakan UN. Sudahkah semua sekolah melaksanakan analisis ini? Apakah analisis data UN memberikan manfaat yang signifikan terhadap peningkatan kesiapan siswa menghadapi UN 2013?

Fakta di lapangan menujukkan, ternyata data yang diperoleh sebagian sekolah tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya (tidak valid). Terlalu banyak pengotor terhadap data dimaksud. Pengotor itu mulai dari pesiapan, pelaksanaan, sampai pada pengawasan. Misalnya, adanya kebocoran soal, beredarnya kunci jawaban, siswa bekerja sama dalam mengerjakan UN, dan berbagai masalah teknis di lapangan. Akibatnya, data yang diperoleh sangat manipulatif dan bias sehingga analisis dan pengambilan kesimpulan juga tidak tepat guna dan tepat sasaran. Artinya, masih ada dampak kekurangsempurnaan penyelenggaraan UN tahun sebelumnya terhadap kualitas UN 2013. Lalu, apakah penyelenggaraan UN 2013 dapat berlangsung lebih jujur dan adil? Tunggu hasilnya!

Selama UN dijadikan sebagai salah satu penentu kelulusan siswa, maka selama itu juga kecurangan UN akan terjadi. Karena semua pelaku pendidikan, mulai dari pemerintah daerah, sekolah, guru, siswa, dan bahkan orang tua siswa menjadikan kelulusan sebagai tolok ukur keberhasilan. Akibatnya, muncul berbagai daya upaya, bahkan dengan menghalalkan segala cara agar hasil UN tidak jeblok. Ketika ada paradigm seperti itu, yakinkah bahwa penggunaan 20 paket soal UN 2013 akan menghadirkan kejujuran? Sekali lagi, ini perlu pembuktian.

Lihat juga di: 

Artikel Terkait:

1 komentar:

  1. ini keren loh om kalo maatu dapet profit hariah n jual website om di sini
    http://www.profitclicking.com/?r=sq8hn3hrwt5f&p=yitm

    BalasHapus

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis