Cerita Remaja: Ekspedisi Gunung Raung

EKSPEDISI GUNUNG RAUNG
Oleh: Gede Putra Adnyana

SINOPSIS
Sekar Kencana, Kerta Bumi, dan Singasari adalah keluarga kecil yang hidup di tengah Hutan Tamblingan, di lereng Gunung Raung. Dua telur besar menjadi pendamping hidup keluarga itu. Suatu hari terjadi hujan badai yang tak henti-hentinya di lereng Gunung Raung dan mengancam makhluk hidup di dalamnya. Kondisi ini, mengawali perpisahan Sekar Kencana dengan kedua anaknya menuju puncak Gunung Raung sesuai petunjuk. Sepeninggal ibunya, Kerta Bumi dan Singasari melanjutkan aktivitas seperti biasa, sampai akhirnya ada niat untuk menyusul ke puncak Gunung Raung. Dalam perjalanan itu, banyak kejadian aneh yang dialaminya sehingga Kerta Bumi menjelma menjadi Naga Gombang dan Singasari menjadi Jatayu. Ternyata kedua makhluk itu, ditakdirkan menjaga keseimbangan alam di kawasan Gunung Raung dengan Goa Naga Loka sebagai tempat pertemuan mereka. Itulah intisari darma wacana dari Ida Pandita Sri Ramaswati, salah seorang sulinggih ternama dan sekaligus ketua PHDI kabupaten. Darma wacana itu diselenggarakan oleh Sekeha Teruna Teruni (STT) Rare Angon Desa Pakeraman Munduk Sari.
Wayan Putra dan Luh Santi sebagai pemrakarsa pengaktifan kembali STT Rare Angon terpilih sebagai Kelihan dan Bendahara. Kegiatan yang berorientasi pelestarian alam dan lingkungan serta budaya menjadi fokus program kerja STT ini. Kegiatan darma wacana merupakan kegiatan perdana yang memicu terpilihnya STT Rare Angon sebagai duta kabupaten dalam lomba STT tingkat provinsi. Guna mengoptimalkan kinerja STT, sesuai petunjuk tim Pembina kabupaten, maka STT mengadakan ekspedisi Gunung Raung untuk mengidentifikasi, mendata, menganalisis, dan memberikan rekombinasi terhadap upaya pelestarian alam dan budaya di kawasan Gunung Raung. Dalam ekspedisi inilah terungkap kegaiban kawasan Gunung Raung dari lereng sampai puncak. Terlalu banyak fenomena alam yang belum dapat dijelaskan secara ilmiah sehingga menarik untuk dikaji lebih mendalam. Ekspedisi dilaksanakan oleh pengurus STT Rare Angon yang dipandu Nengah Santun. Dalam ekspedisi itu terungkap bahwa kawasan Gunung Raung relatif masih lestari dengan Goa Naga Loka yang penuh misteri. Tetapi beberapa tempat suci kondisinya mengkhawatirkan sehingga perlu upaya nyata dari masyarakat dan pemerintah untuk pemeliharaannya. Laporan kegiatan yang selalu didokumentasikan secara baik melalui  program unggulan pelestarian alam dan budaya serta menyentuh langsung kehidupan nyata masyarakat, menjadikan STT Rare Angon terbaik di tingkat provinsi.
Akhirnya, kerja keras Wayan Putra dan Luh Santi dengan dukungan seluruh anggota STT Rare Angon membawa dampak peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Setelah menyelesaikan studi, Wayan Putra diangkat menjadi guru dan ditugaskan di kabupaten lain. Sedangkan, Luh Santi melanjutkan studi di Institut Seni Indonesia untuk memperdalam seni dan budaya Bali. Mereka telah menebar kesungguhan dan tanggung jawab, maka mereka pula yang menuai kebaikan dan kesuksesan.


Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis