HATI-HATI DENGAN HATI
Lama aku terdiam. Terdiam dalam bisu. Namun, bayangku ke masa lalu, Ketika waktu itu dilalui dengan hati. Hatiku seolah menggegam hatimu. Kurasakan itu. Aku nyaman menggoda hatimu. Kurasakan ada keikhlasan di hatimu. Itu juga yang membuat aku slalu merindu. Itu juga yang mengajak Aku untuk slalu ingin bersamamu. Aku sadar akan hal itu, aku menikmati, aku mengerti, dan aku bahagia karena itu. Kebahagiaan yang tak terbelikan. Kebahagiaan yang membawa kenyamanan. Uh, sungguh waktu itu tak ingin berlalu.
Kini dirimu mulai menjauh. Menjauh dan cenderung menghilang. Kurasakan itu. Kuharap ragamu boleh menjauh tapi hatimu tetap bersamaku. Ragamu tak mampu Aku genggam, tapi hatimu kuharap menyelimuti hatiku. Ah, ternyata harap tinggal harapan. Semua tak sesuai harapan. Harapan yang binasa. Harapan yang mampus. Bahkan, hatimu lebih jauh dari ragamu. Kurasakan itu. Hatimu mulai meredup dan samar-samar menghilang. Menghilang dan tak berbekas. Aduh, hatimu telah menghilang. Betulkah hatimu telah menghilang? Di mana kan kucari hati itu. Hati yang dulu meneduhkan. Hati yang dulu membahagiakan. Aku harus terus hati-hati mencari, agar hati itu tak pergi. Agar hati itu tak mati.
Aduh, dewa ratu agung! Ternyata, hati yang hilang sulit kutemukan. Sekali menghilang, tak lagi kembali. Hati itu telah diambil hati orang lain. Wih kok bisa? Ya hati itu telah berpaling. Hati itu telah nyaman bersama hati orang lain. Waduh, aku harus berhenti mencari hati itu. Semakin kucari, terasa menyakiti. Semkin kunanti membuat luka di hati. Karena hati itu sesungguhnya tidak mati. Tapi, berpindah ke hati orang lain. Aduh, hati itu diambil hati orang lain.
Hatimu, memang milikmu. Aku tidak berhak mencuri hati itu, apalagi memaksa. Biarlah hati itu mencari temannya yang sehati. Biarlah hati itu menemui sahabat hati yang sehati dan sejati. Aku sadar hatiku tidak lagi jadi milik hatimu. Begitu juga hatimu tidak lagi menjadi bagian dari hatiku. Ahhh, aku harus menyadari, walau sejak lama berusaha kusadari, bahwa harus hati-hati dengan hati. Karena hati dapat memakan hati. Uhhh, dewa ratu agungg, aku, kamu dan kita, hendaknya “HATI-HATI DENGAN HATI”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis