Konsep Hasil Belajar Siswa

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN
Oleh: Gede Putra Adnyana
1.  Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Hasil belajar siswa merupakan perwujudan output suatu proses yang tidak bisa terlepas dari input proses tersebut (Santyasa, 1999: 48). Kualitas proses belajar merupakan salah satu unsur yang berpengaruh terhadap hasil belajar, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Hasil belajar juga diartikan sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman dari proses belajar mengajar (Sudjana, 2006: 22).
Terdapat berbagai macam atau tipe hasil belajar yang telah dikumukakan oleh para ahli. Menurut Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2006), terdapat tiga macam hasil belajar, yaitu 1) keterampilan dan kebiasaan, 2) pengetahuan dan pengertian, dan 3) sikap dan cita-cita. Sedangkan menurut Gagne, terdapat lima katagori hasil belajar, yakni 1) informasi verbal, 2) keterampilan intelektual, 3) strategi kognitif, 4) sikap, dan 5) keterampilan motoris. Namun, klasifikasi hasil belajar yang digunakan jika mengacu kepada rumusan tujuan sistem pendidikan nasional adalah klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom, yang membaginya menjadi tiga ranah, yaitu 1) ranah kognitif, 2) ranah afektif, dan 3) ranah psikomotoris.
2.  Hasil Belajar Ranah Kognitif
Ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berhubungan dengan kemampuan intelektual. Ranah kognitif meliput enam aspek, yakni 1) pengetahuan atau ingatan (knowledge), 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan evaluasi. Aspek pengetahuan dan pemahaman merupakan kognitif tingkat rendah, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif terdiri diri dari lima aspek, yaitu 1) penerimaan, 2) jawaban atau reaksi, 3) penilaian, 4) organisasi, dan 5) internalisasi. Sedangkan ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, yang meliputi enam aspek, yaitu 1) gerakan refleks, 2) keterampilan derak dasar, 3) kemampuan perseprtual, 4) keharmonisan atau ketepatan, 5) gerakan keterampilan kompleks, dan 6) gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2006: 23).
Diantara ranah kognitif, afektif, dan psikomotoris, maka ranah kognitif paling banyak digunakan oleh guru dalam pembelajaran di sekolah. Hal ini, karena ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Hasil belajar aspek pengetahuan termasuk tingkat kognitif yang paling rendah, meliputi pengetahuan faktual dan pengetahuan hafalan atau untuk diingat. Namun, tipe hasil belajar pengetahuan menjadi prasarat bagi pemahaman.
Aspek hasil belajar pemahaman meliputi tiga katagori, yakni 1) pemahaman terjemahan, 2) pemahaman penafsiran, dan 3) pemahaman ekstrapolasi. Pemahaman terjemahan menyangkut terjemahan atau arti dari suatu konsep. Pemahaman penafsiran, menyangkut kemampuan menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan pengetahuan berikutnya, atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, atau membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok. Sedangkan pemahaman ekstrapolasi menyangkut kemampuan melihat dibalik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuesi atau dapat memperluas presepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret atau khusus, yang dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Bloom dalam Sudjana (2006), membedakan delapan tipe aplikasi, yaitu 1) menetapkan prinsip atau generalisasi yang sesuai untuk situasi baru yang dihadapi, 2) dapat menyusun kembali probelmanya sehingga dapat menetapkan prinsip atau generalisasi mana yang sesuai, 3) memberikan spesifikasi batas-batas relevansi suatu prinsip atau generalisasi, 4) mengenali hal-hal khusus yang terpampang dari prinsip dan generalisasi, 5) menjelaskan suatu gejala baru berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu, 6) meramalkan sesuatu yang terjadi berdasarkan prinsip dan generalisasi tertentu, 7) menentukan tindakan atau keputusan dalam menghadapi situasi baru dengan menggunakan prinsip dan generalisasi yang relevan, dan 8) menjelaskan alasan menggunakan prinsip dan generalisasi bagi situasi baru yang dihadapi
Analisis adalah usaha memilah suatau integritas menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarkinya dan atau susunannya. Dengan analisis diharapkan seeorang mempuyai pemahaman yang komprehensif, dapat memilah integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, memahami prosesnya, memahami cara bekerjanya, dan memahami sistematikanya. Beberapa indikator yang termasuk klasifikasi analisis, yakni 1) dapat mengklasifikasikan kata-kata, frase-frase, atau pertanyaan-pertanyaan dengan menggunakan kriteria analitik tertentu, 2) dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu yang tidak disebutkan secara jelas, 3) dapat meramalkan kualitas, asumsi, atau kondisi yang implisit atau yang perlu ada berdasarkan kriteria dan hubungan materinya, 4) dapat mengetangahkan pola, tata, atau pengaturan materi dengan mengunakan kriteria seperti relevansi, sebab akibat, atau peruntutan, 5) dapat mengenal organisasi, prinsip-prinsip organisasi, dan pola-pola materi yang dihadapinya, dan 6) dapat meramalkan sudut pandangan, kerangka acuan dan tujuan materi yang dihadapi.
Sintesis adalah penyautan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir berdasar pengetahuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis dapat dipandang sebagai berpikir konvergen, sedangkan berpikir sintesis adalah berpikir divergen. Dalam berpikir divergen pemecahan masalah atau jawaban belum dapat dipastikan. Oleh karena itu, berpikir sintesis merupakan salah satu terminal berpikir kreatif sehingga dapat menemukan hubungan kausal atau urutan tertentu, atau menemukan abstraksi dan operasionalnya (Sudjana, 2006: 28). Terdapat tiga tipe kecakapan sintesis, yakni 1) kemampuan menemukan hubungan yang unik, termasuk kemampuan mengkomunikasikan gagasan, perasaan, dan pengalaman dalam bentuk tulisan, gambar, atau simbol ilmiah, 2) kemampuan menyusun rencana atau langkah-langkah operasi dari suatu tugas atau problem, dan 3) kemampuan mengabstraksikan sejumlah besar gejala, data dan hasil observasi menjadi terarah, proporsional, hipotesis, skema, atau model.
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara bekerja, pemecahan, metode, atau materiil. Untuk mengetahui tingkat kemampuan evaluasi, diperlukan kriteria secara eksplisit. Mengembangkan kemampuan evaluasi yang dilandasi pemahaman, aplikasi, analisis, dan sintesis akan mempertinggi mutu evaluasinya (Sudjana, 2006: 29). Terdapat enam tipe kecakapan evaluasi, yakni 1) memberikan evaluasi tentang ketepatan suatu karya atau dokumen, 2) memberikan evaluasi satu sama lain antara asumsi, evidensi, kesimpulan, keajegan logika dan organisasinya, 3) memahami nilai serta sudut pandang yang dipakai orang dalam mengambil suatu keputusan, 4) mengevaluasi suatu karya dengan memperbandingkannya dengan karya lain yang relevan, 5) mengevaluasi suatu karya dengan menggukan kriteria  yang telah ditetapkan, dan 6) memberikan evaluasi tentang suatu karya dengan menggunakan sejumlah kriteria yang eksplisit.
 

Artikel Terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar Pembaca adalah Kebahagiaan Penulis